Ad Code

Responsive Advertisement

Kisah Muhammad Nafyeh

 


"Oh, Tepi Barat, Muhammad Nayfeh!"

Begitulah cara asy Syahid Sinwar menyapa orang-orang Tepi Barat pada tahun 2022—mengaitkan nama mereka dengan Tepi Barat "Ayyash", "Tawalabeh" dan "Nasser Owais".

Dialah Muhammad Ibrahim Nayfeh Abu Rabi'ah, dari Shuwaika, Distrik Tulkarm. Salah satu pemimpin Brigade syuhada Al-Aqsa selama Intifada Kedua. Pihak penjajah mengejarnya selama bertahun-tahun dan mencoba membunuhnya. Dia ditangkap pada pertengahan November 2002 dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup sebanyak 14 kali.

"Muhamad" menghabiskan 23 tahun masa penahanannya beserta isolasi pada tahun 2007, 2009, dan 2022—yang berlangsung selama berbulan-bulan. Ia juga harus menghadapi larangan kunjungan dan pendidikan, serta penerapan denda finansial. Dalam penahanan ia melakukan berbagai aksi mogok makan demi menuntut hak-hak tahanan.

Penyelidikan ketat dilakukan terhadapnya setelah 9 tahun masa penahanan. Setelah menjalani 9 bulan masa penahanan, penjajah menambahkan hukuman tambahan pada 14 hukuman seumur hidup.

Muhamad memiliki keluarga yang dianiaya selama penahanannya. Putranya "Rabi'a", putrinya "Waad", istrinya "Tahani" dan seorang cucu laki-laki kecil—diberi nama sama dengan namanya, berharap ia bisa meneruskan jejaknya. Dalam penantian kebebasannya selama bertahun-tahun, pasukan penjajah menyerbu rumah keluarganya beberapa kali.

Putranya ditangkap pada tahun 2018, mereka bertemu di penjara dan merayakan ulang tahunnya di dalam tahanan. Kemudian dia ditangkap lagi pada tahun 2021, dan ayahnya meninggal ketika ia dalam tahanan.

Dalam pesan sebelumnya yang dikirim oleh "Nayfeh";

Aku adalah orang yang terlupakan, terabaikan, dan terbelenggu selama lebih dari dua dekade. Aku dan para tahanan lain hanyalah orang yang mencapai jalan buntu, dan dibiarkan menderita di balik jeruji besi siang dan malam.

Namun para Pejuang tangguh telah berusaha membebaskan mereka melalui Thuufan al Aqsha.


Post a Comment

0 Comments