Iran itu Syi'ah. Tapi ketika sedang bicara politik menghadapi Penjajah Zionis Israel dan Zionis Amerika Serikat, orang Islam hendaknya jangan memperdebatkan madzhab. Perbincangkanlah politik persatuan (politics of unity) atau politik dukungan (politics of support).
Kalau membiacarakan madzhab, terutama dalam konteks 'menyesatkan', maka ujungnya tidak mendukung keberanian dan kehebatan Iran. Dunia sedang mencari kekuatan politik yang mampu untuk menghukum Penjajah Israel, dan itu ditunjukkan Iran, namun kini kita malah memperdebatkan soal madzhab.
Seluruh dunia bergembira Tel Aviv dibombardir rudal Iran dan dunia berterima kasih pada Iran karena pemerintah Netanyahu harus menghentikan kejahatannya yaitu genosida atas warga sipil, perempuan dan anak-anak tak berdosa di Gaza. Negara-negara Muslim tak ada yang berani, malah sebagiannya jadi sekutunya Amerika, dan masa masih ada orang-orang Islam Indonesia yang memperdebatkan madzhab.
Ada yang mendakwa "Syi'ah bukan Islam". Kalau itu keyakinan kita, simpan saja dalam hati! Mudah-mudahan kemusliman kita lebih shaleh daripada Muslim Syi'ah atau mudah-mudahan pengakuan Ahlussunah wal Jama'ah kita lebih takwa ketimbang Syi'ah Iran. Tapi jangan lupa, ketakwaan itu diantaranya dibuktikan oleh kesadaran untuk bersatu dan ketidaktakutan menghadapi Penjajah Israel dan Zionis Amerika Serikat. Iran telah menunjukkannya.
Bicara madzhab nanti pada tempatnya yaitu saat diskusi internal umat soal khazanah perbedaan madzhab fiqh dan teologis, bukan ketika sedang bicara politik global menghadapi Zionis Israel, Netanyahu dan Zionis Amerika Serikat sebagai common enemy.
Be smart! Jadilah Muslim yang cerdas!!
Sumber : Moeflich H. Hart
0 Comments