BUAT MEREKA YANG MASIH DUNGU MENGANGGAP IRAN PURA-PURA PERANG
Di tengah fakta yang sangat terang benderang bahwa Iran meluncurkan ratusan rudal dan drone ke wilayah Koloni Israel dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, masih saja ada kelompok yang bersikukuh menyebarkan teori dungu: bahwa Iran dan Israel “temanan” dan hanya sedang pura-pura perang. Ini bukan cuma sesat pikir, dungu, SDM Rendah tapi juga bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan umat pada penjajah.
Pertama, mari kita bicara fakta lapangan. Israel secara rutin menyerang pasukan Iran dan sekutunya di Suriah, membunuh perwira tinggi Garda Revolusi Iran, menghancurkan fasilitas logistik dan gudang senjata. Bahkan, Jenderal Qassem Soleimani seorang arsitek perlawanan anti-Zionis dibunuh atas koordinasi Zionis AS-Israel. Kalau Iran dan Israel “teman”, mengapa Israel membunuh tokoh militer nomor dua Iran di wilayah netral? Bukankah itu tindakan permusuhan terbuka?
Yang lebih berbahaya adalah tujuan dari narasi-narasi ini untuk mengaburkan bahwa Zionis Israel adalah musuh utama umat Islam. Mereka ingin mengalihkan kebencian umat dari penjajah Zionis ke sesama Muslim yang sedang melawan. Ini adalah propaganda pengecut yang bekerja sama dengan agenda musuh.
Kedua, Iran meluncurkan lebih dari 300 rudal balistik dan drone kamikaze, menyerang pangkalan militer, radar, dan infrastruktur strategis Zionis Israel. Bukan serangan simbolik. Bahkan sistem pertahanan canggih seperti Iron Dome dan Arrow-3 sempat jebol di beberapa titik. Dunia menyaksikan bagaimana Zionis Israel terkejut, membatalkan penerbangan, mengungsikan warga, dan siaga militer penuh. Serangan ini bukan sandiwara, ini demonstrasi kekuatan militer strategis.
Ketiga, dari sisi politik, Iran justru dirugikan secara internasional. Serangan ini memancing ancaman baru dari AS dan sekutu NATO, meningkatkan ketegangan kawasan, dan memperkuat aliansi militer antara Zionis Israel dan negara-negara Arab Teluk. Kalau ini “settingan,” mengapa Iran mengambil risiko sebesar itu tanpa untung apa pun?
Lalu muncul argumen konyol: “Mana korban jiwa?” Sejak kapan korban jiwa jadi satu-satunya indikator keberhasilan serangan? Dalam perang modern, ukuran keberhasilan adalah penetrasi sistem pertahanan musuh, kerusakan infrastruktur, dan efek psikologis. Bahkan militer Zionis Israel mengakui bahwa serangan Iran sukses mengganggu sistem pertahanan dan menunjukkan kemampuan strategis baru.
Dan mari kita bandingkan. Arab Saudi, UEA, Bahrain—negara-negara yang dengan bangga menormalisasi hubungan dengan Zionis Israel, menandatangani kontrak dagang, bahkan membuka kedutaan. Tapi anehnya, mereka tidak pernah dicurigai “temanan” dengan Zionis Israel oleh para Wahabi dan loyalisnya. Yang dicurigai malah Iran—yang justru secara terang-terangan menyerang jantung militer Zionis Israel dan mendukung kelompok perlawanan di Gaza, Lebanon, dan Suriah.
Inilah kebodohan akut, membenci Iran lebih dalam daripada membenci Zionis Israel. Ini bukan lagi soal beda strategi, tapi soal membela narasi penjajah sambil menghina pejuang.
Jadi kepada kalian yang masih menyebarkan teori “Iran pura-pura perang”, kami katakan: Kalau kamu tidak mampu melawan Zionis Israel, setidaknya diamlah. Jangan mencela mereka yang sedang bertempur.
Karena dalam sejarah, mereka yang menuduh pejuang sebagai “drama” hanyalah dua tipe: pengecut atau penjilat. Dan keduanya tidak punya tempat dalam barisan umat yang merindukan kemenangan.
0 Comments