Ad Code

Responsive Advertisement

Sebuah Perspektif perihal Pembantaian di Sudan

 


Sudan tiba-tiba muncul kembali dalam siklus berita global, dengan jaringan media Dua-Dawah Bee dan afiliasinya menyebarkan gambar dan video rekayasa yang dihasilkan kecerdasan buatan yang mengklaim bahwa genosida sedang berlangsung. Namun, yang tetap absen secara mencolok dari liputan mereka adalah penyebutan siapa yang melakukan kekerasan atau siapa yang mendukung perlawanan Sudan terhadap agresi tersebut.

Gelombang kemarahan selektif baru ini mencerminkan pola yang lebih luas dalam ekosistem media "Muslim" transnasional tertentu, terutama yang selaras dengan kepentingan negara-negara Teluk, yang telah menjadi instrumen propaganda Barat. Jaringan-jaringan ini secara rutin memanipulasi narasi agar selaras dengan kepentingan geopolitik patron mereka sambil mempertahankan kedok kepedulian moral dan kemanusiaan.

Sudan telah mengalami kekerasan dan genosida sistematis selama bertahun-tahun. Jumlah korban, menurut beberapa ukuran, bahkan mungkin melampaui jumlah korban di Gaza. Namun, kebungkaman dunia tetap ada, terutama karena Sudan adalah negara Afrika dengan mayoritas penduduk kulit hitam, terpinggirkan dalam hierarki media Barat dan Arab. Kini, ketika perhatian tiba-tiba membanjiri, muncul pertanyaan: Mengapa sekarang?

Jawabannya tampaknya terletak pada pengalihan perhatian strategis. Amerika Serikat dan sekutunya berusaha mengalihkan perhatian global dari eskalasi kekejaman Israel di Gaza dan perluasan operasi militer yang diantisipasi terhadap Lebanon. Dengan memperbesar tragedi Sudan saat ini, Washington dan mitra regionalnya, terutama UEA, bertujuan untuk memanipulasi sentimen publik dan mendapatkan kembali pengaruh diplomatik untuk negosiasi ekonomi dan keamanan yang akan datang.

Di balik retorika kemanusiaan, realitas geopolitik tetaplah keras. Amerika Serikat, Israel, UEA, dan Turki secara langsung maupun tidak langsung mendukung kekuatan yang bertanggung jawab atas kehancuran Sudan. Sebaliknya, beberapa negara, dengan Iran sebagai yang paling menonjol, telah memberikan bantuan nyata kepada para korban, memberikan dukungan militer dan logistik kepada mereka yang menentang genosida.

Penderitaan Sudan bukan sekadar masalah kemanusiaan; ini merupakan cerminan dari perangkat propaganda global yang mempersenjatai empati selektif, mengaburkan akuntabilitas, dan mengeksploitasi tragedi kemanusiaan untuk melayani agenda imperialis.

Post a Comment

0 Comments